Tentang Awan, Bulan dan Matahari

21.05.00

Matahari akan tetap ada meskipun ia tertutup oleh awan malam yang di temani bulan, ia tak pernah lelah selalu datang di waktu yang sama. Ia akan datang ketika bulan telah waktunya pergi.
Matahari tak pernah mengusir bulan untuk pergi dan matahari yg akan menggantikannya bersinar. Matahari sadar kapan waktunya ia akan bersinar dan kapan waktunya ia hanya melihat dari belakang. Bahkan ia tak pernah sirik sedikitpun mengapa harus bulan yang ada di malam hari, bukan dia? Tak pernah terpikir sedikitpun oleh Matahari, ia pun tak pernah membenci bulan.
Dia tau Tuhan sudah memporsikan ia dan bulan masing-masing pada tempatnya. Kalaupun ia memaksakan untuk bersinar di malam hari, apa akan seindah malam-malam sebelumnya ketika bulan menemani awan di malam hari. Begitu juga sebaliknya, siang hari tak akan seindah siang-siang sebelumnya ketika bulan menemani awan di siang hari.

Matahari sama halnya dengan aku, kamu dan dia.
Aku yang selalu ingin berada di sampingmu tapi belum waktunya atau memang nggak ada waktu yang pas untuk kata aku dan kamu menjadi kita. Mungkin hanya kamu dan dia yang pantas menjadi kita. Tapi aku tak pernah lelah seperti matahari menunggu bulan pergi. Aku tetap akan menjagamu
hanya melalui doa ku. Aku tak pernah mengeluh, aku sadar Tuhan menitipkan perasaan ini yg aku sendiri merasakannya tanpa ada alasan yg tak jelas. Kamu ada di hidupku bukan hanya sekedar lewat tapi ada pelajaran penting yg mesti aku dapat, entah untuk menjadi pasangan sejati atau untuk menguji kesabaran perasaanku. Hanya Tuhan yang tau.

Aku tak ingin merebutmu, sama seperti Matahari yang tak ingin mengeluarkan cahayanya di malam hari. Bulan dan Matahari sama-sama mencintai awan, awan selalu sama tetapi ia hanya berubah di dua waktu yang berbeda.
Aku pun begitu, aku ingin kita selalu bersama tapi Tuhan tak mengijinkannya. Dia ingin aku dan dia sama-sama merasakan tentang dirimu yg indah.

Kelak jika Tuhan menciptakanmu menjadi dua aku ingin kamu bersamaku.
Panggil saja aku egois jika aku tak ingin lagi berbagi kamu dengan orang lain, panggil aku posesif karna aku takut kehilanganku, panggil aku terlalu berlebihan karna aku pernah merasakan bagaimana sakitnya tak ada kamu di sampingku.
Terserah kau ingin memanggilku apa, aku hanya ingin ada kamu dan aku tanpa adanya dia.


You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook