Aku, si penulis dilema ini sedang menuliskan luka hati yang tak ada obatnya. Aku menulis luka hati ini dengan di temani suara indah mu yang semakin membuat hati ini teriris.
Aku mengutuk diri ku sendiri karna terlalu mencintai dan menyayangimu. Aku menyesal memendam rindu yang tak berujung ini.
Aku takut dengan perasaan yang entah bagaimana akhirnya.
Salahkan aku yang terlalu mengartikan semua kata-kata indah yang semakin membuat aku tertipu dengan cinta yang kau isyaratkan itu?
Anggap saja aku gadis kecil yang takut kehilangan sayap pelindungnya.
Iya, aku terlalu takut kehilanganmu. Hingga akhirnya kamu pun hilang entah kemana.
Aku terlalu memaksakan kehendakmu sendiri, aku menginginkan kamu yang sudah jelas-jelasnya menginginkan wanita yang berwindu-windu kamu kagumi.
Aku terpuruk dalam perasaan yang tak pasti. Aku terkubur dengan perasaan menggebu-ngebu yang sudah jelas tak ada bahagia yang tertanam.
Mendengarkan suara indahmu adalah rutinitas hari-hariku yang aku lakukaan setiap rindu menghampiriku. Aku terlalu lemah untuk menyapa dan mengajakmu bertemu, aku ingin rindu ini terbalaskan dengan pertemuan kita seperti dulu.
Aku kangen dengan kalimat "miss you" yang kau tulis dalam pesan singkat kita.
Aku kangen dengan emotion-emotion kiss, hug dan flower yang kau selipķan di pesan singkat kita.
Aku kangen dengan usilmu ketika kita saling bercengkrama. Aku kangen dengan ucapan mu "kamu kangen sama aku?"
Aku kangen semua yang ada di kamu
Aku kangen senyum yang terlukis indah di wajahmu.
Salahkan aku yang terus memendam semua untukmu.
Seharusnya ini gak terjadi di aku. Bisa kah kita mengulang kembali? Ketika kita sama-sama tak saling mengenal?
Biarkan saja aku menikmati kebodohan ini, kebodohan yang suatu saat nanti akan ada "kenapa" di dalam menikmati kebodohan ini.
Panggil aku penggagum rahasiamu yang bodoh. Yang sudah tau kamu menginginkan orang lain tapi aku masih bertahan dan berjuang sendiri melawan perasaan yang tak berujung.
Aku mengutuk diri ku sendiri karna terlalu mencintai dan menyayangimu. Aku menyesal memendam rindu yang tak berujung ini.
Aku takut dengan perasaan yang entah bagaimana akhirnya.
Salahkan aku yang terlalu mengartikan semua kata-kata indah yang semakin membuat aku tertipu dengan cinta yang kau isyaratkan itu?
Anggap saja aku gadis kecil yang takut kehilangan sayap pelindungnya.
Iya, aku terlalu takut kehilanganmu. Hingga akhirnya kamu pun hilang entah kemana.
Aku terlalu memaksakan kehendakmu sendiri, aku menginginkan kamu yang sudah jelas-jelasnya menginginkan wanita yang berwindu-windu kamu kagumi.
Aku terpuruk dalam perasaan yang tak pasti. Aku terkubur dengan perasaan menggebu-ngebu yang sudah jelas tak ada bahagia yang tertanam.
Mendengarkan suara indahmu adalah rutinitas hari-hariku yang aku lakukaan setiap rindu menghampiriku. Aku terlalu lemah untuk menyapa dan mengajakmu bertemu, aku ingin rindu ini terbalaskan dengan pertemuan kita seperti dulu.
Aku kangen dengan kalimat "miss you" yang kau tulis dalam pesan singkat kita.
Aku kangen dengan emotion-emotion kiss, hug dan flower yang kau selipķan di pesan singkat kita.
Aku kangen dengan usilmu ketika kita saling bercengkrama. Aku kangen dengan ucapan mu "kamu kangen sama aku?"
Aku kangen semua yang ada di kamu
Aku kangen senyum yang terlukis indah di wajahmu.
Salahkan aku yang terus memendam semua untukmu.
Seharusnya ini gak terjadi di aku. Bisa kah kita mengulang kembali? Ketika kita sama-sama tak saling mengenal?
Biarkan saja aku menikmati kebodohan ini, kebodohan yang suatu saat nanti akan ada "kenapa" di dalam menikmati kebodohan ini.
Panggil aku penggagum rahasiamu yang bodoh. Yang sudah tau kamu menginginkan orang lain tapi aku masih bertahan dan berjuang sendiri melawan perasaan yang tak berujung.
- 20.37.00
- 6 Comments